Latest Updates

Sejarah dan Fakta Unik Warung Burjo di Jogjakarta

Sejarah dan Fakta Unik Warung Burjo di Jogjakarta

Burjo Jogja
Membaca kata Jogjakarta maka akan terlintas beberapa deskripsi yang dapat mewakili kata tersebut. Kota pelajar, kota gudeg, kota pariwisata, kota budaya dan kota wirausaha. Mahasiswa Jogjakarta siapa yang tak mengenal warung burjo? Ah rasanya mustahil bila tak mengenal warung tersebut. Bukankah itu tempat makan favorit tepatnya saat kalender mencatatkan tanggal 15  ke bawah? Jujur sajalah sesama mahasiswa Jogja...
Baiklah, kembali ke tema. Warung Burjo “bubur kacang ijo” adalah warung makan familiar di kalangan mahasiswa Jogja. Berjumlah sekitar 1800 warung burjo (yang terdata) di Jogyakarta. Itu yang terdata, yang tidak terdata dan warung burjo terbaru tentu lebih banyak lagi. Jogjakarta menduduki peringkat kedua setelah ibukota DKI Jakarta.
Burjo pertama di Pogung itu berdiri sekitar tahun 1989, yang didirikan oleh bapaknya Mas Asep, Pak Pai. Burjo ini jualan tepat di atas Selokan Mataram, antara Teknik Sipil dan Pogung Kidul. Dulu warung burjo ini sama seperti warung lainnya saat itu, menggunakan bambu sebagai sejenis jembatan di atas Selokan Mataram. Menu yang disajikan di burjo pun sangat sederhana, hanya ada 4 jenis: Indomie, bubur kacang hijau, telur setengah matang dan terakhir minuman. Karena adanya penggusuran pedagang yang ada di selokan mataram oleh pihak UGM, maka warung burjo ini pun pindah ke Pogung dalangan pada tahun 2005. Tahun lalu, burjo ini pindah ke dua lokasi, membuka cabang yang lain. Lokasi pertama di pogung Raya, dekat Golden Futsal dan lokasi kedua di Seturan.
Burjo kedua yang berdiri di Pogung ialah Burjo yang didirikan Mas Sapri, pemilik pabrik kerupuk ini dulunya mendirikan burjo di daerah Pogung Dalangan pada tahun 1995. Saat pertama kali burjo ini berdiri, ada berbagai macam protes yang dikeluarkan oleh pendiri burjo paling pertama, Pak Pai. Alasannya cukup jelas, karena Pak Pai, pemilik Burjo satu-satunya selama 6 tahun tidak ingin ada persaingan. Namun, Mas Sapri ini memang dikenal sebagai orang yang santai, sehingga makian seperti itu dianggapnya biasa. Sekarang, pemilik burjo ke dua ini pindah lokasi, meskipun masih berada di Pogung Dalangan. Sekarang beliau bertempat di dekat Masjid Pogung Raya, di depan SD lebih tepatnya. Pindah sejak tahun 2004, hal ini disebabkan karena  rumah dan burjonya juga ikut pindah. Menu yang ditawarkan pada tahun 1995 itu pun masih sama dengan yang disediakan oleh Pak Pai.
Setelah dua burjo ini berdiri, makin banyak pengusung-pengusung lain yang mendirikan warung bernama burjo ini, sehingga belum bisa dipastikan urutan berdirinya burjo yang ada di Pogung. Seiring berjalannya waktu, akhirnya menu burjo mulai mengalami perubahan dan ada penambahan menu. Pertama kali nasi telur, paket yang sangat sederhana, namun sangat pas di kantong dan perut mahasiswa. Paket ini hanya terdiri dari nasi+telur goreng+sayur+sambal. Lalu berbagai burjo mulai memvariasikan menunya lebih banyak lagi, seperti nasi sarden, nasi ayam, nasi bandeng, nasi goreng, dsb.
Hingga akhirnya sekitar tahun 2010 menu burjo akhirnya menghilang dari daftar menu sebagian warung Burjo. Mengingat waktu itu harga kacang hijau yang melonjak, 1 kilo kacang hijau bisa mencapai sekitar 3 kilo beras. Akhirnya banyak pula warung burjo yang mencabut burjo dari menunya. Harga di warung burjo juga berkembang sesuai dengan berjalannya waktu. Tahun 2009 nasi telur seharga Rp3.500,- bahkan ada burjo yang menjualnya dengan harga Rp3000 dan es teh Rp500,  sedangkan harga nasi telur  sekarang ialah Rp5.000,- dan es teh pun mencapai Rp1.500,-.Harga berbagai macam makanan dan minuman burjo tanpa diberitahu pasti anda mahasiswa Jogja sudah update.
Berikut fakta-fakta unik warung burjo:
1.      Pemiliknnya identik dengan orang Sunda
2.      Pemilik biasa menggunakan sapaan ‘aa dan teteh atau tetap menggunakan Bahasa Sunda dalam percakapannya
3.      Warung bubur kacang hijau namun menu burjo sebagian besar tidak tersedia
4.      Buka 24 jam
5.      Menu seragam setiap warung burjo
6.      Nama menu unik (intel : indomie telur, tante : mie instan tanpa telur, internet: indomie telur kornet, inet : indomie kornet dll)
7.      Nama minuman dinamai unik juga (kopasus : kopi pakai susu, sumur : susu murni, jasus : jahe susu, jerman : jeruk manis, dll)
8.      Kebanyakan dibina produsen mie instan ex: Indofood
9.       Harga kantong mahasiswa
10.  Pengunjung terbanyak dari mahasiswa

Nah, mahasiswa Jogja yang tersenyum-senyum terpukau membaca tulisan ini sudah bisa dipastikan adalah pelanggan tetap ‘aa dan teteh burjo. Sebagai mahasiswa yang budiman, doakan saja menjamurnya warung burjo semakin subur agar mahasiswa tidak bingung jika burjo langganan anda tutup.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat.
Hidup mahasiswa!

Referensi:




1 Response to "Sejarah dan Fakta Unik Warung Burjo di Jogjakarta"

  1. Hi,
    Perkenalkan nama saya Siti, Saya adalah manager development dari ForexMart. Kami melihat website anda dan kami tertarik umendiskusikan kerjasama kemitraan dengan Anda.
    Boleh saya minta kontaknya untuk menjelaskan lebih lanjut atau anda bisa langsung menghubungi saya ke kontak saya dibawah ini.

    Sincerely
    Siti
    Business Development
    ForexMart www.forexmart.com
    siti@forexmart.com 
    Skype – siti_0623
    WA +628 58863 29210

    BalasHapus